Selasa, 25 Maret 2014

PARIWISATA BANTEN, HARUS DIKELOLA ORANG YANG TEPAT

Oleh: WISHNU HS




   Sekali lagi kita membahas tentang pariwisata Banten. Kalau kita sudah membahasnya, apalagi yang perlu digaris bawahi dari semua potensi bahasan yang pernah ada?
  
   Banyak sekali seminar atau diskusi serius tentang hidup mati atau masa depan pariwisata Banten yang telah dilakukan, namun nyatanya perkembangan pariwisata Banten tetap saja tidak ada kemajuan yang signifikan atau tidak ada perubahan berarti sama sekali.

   Kalau dulu sering dikatakan Banten bisa menjadi Bali Kedua atau bisa menyamai Bali sekitar 10 tahun lalu, mari kita lihat statistik berikut ini. Wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Bali tahun 2012 ada 2,8 juta, sedangkan yang ke Banten 189.000 saja. Berarti pencapaian Banten hanya 6,75% dari pencapaian Bali. Tahun 2013 Bali semakin meningkat dengan pencapaian 3,2 juta wisman, sedangkan saya hingga sekarang belum pernah mengetahui statistik Banten 2013.

   Dimana letak kesalahannya? Sementara daerah-daerah lain pelan-pelan semakin menunjukkan ‘kedewasaannya’ sehingga menjadi daerah tujuan wisata yang diandalkan dan menjadi kebanggaan bagi masyarakatnya. Jadi saya rasa tidak sebanding bila kita membandingkan atau bahkan bersiap bersaing dengan sang jagonya wisata Indonesia tersebut, apalagi baru-baru ini Bali kembali dinobatkan sebagai daerah tujuan (destinasi) wisata terbaik (Island Destination Of The Year) dalam ajang China Travel & Meeting Industry Awards 2013, juga sebagai pulau terindah di dunia pilihan pembaca majalah Conde Nast Traveler di Rusia tahun 2013. Marilah kita coba tengok apa yang sebetulnya harus kita perhatikan.

FAITH
   Bagi saya, mengelola tempat pariwisata itu perlu memegang azas FAITH. Faith bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia bisa berarti keyakinan, kepercayaan dan juga kesetiaan. Namun yang saya maksud disini kaitannya dengan pariwisata itu adalah Facilities, Attractions, Infrastructures, Transportations dan Human / Hospitality.

FACILITIES
   Adanya fasilitas dalam setiap tempat-tempat wisata merupakan syarat penting wisatawan berniat datang. Fasilitas itu antara lain adalah penginapan, rumah makan, pelayanan umum seperti toko-toko baik yang tradisional ataupun modern.

ATTRACTIONS
   Atraksi atau daya tarik merupakan penunjang yang akan menjadikan tolok ukur adanya magnet yang sangat diperlukan, karena tanpa daya tarik, maka wisatawan, terutama mancanegara, tidak akan mau datang. Daya tarik bisa berupa potensi alam dan iklim cuaca, sejarah daerah tersebut, kebudayaan, kesenian, adat istiadat masyarakat setempat, makanan atau minuman khas, suvenir atau cenderamata, dan tentunya keamanan, kenyamanan serta keselamatan.

Tarian Selamat Datang Khas Banten


INFRASTRUCTURES
   Wisatawan akan merasakan kenyamanan lebih apabila infrastruktur terjamin, seperti jalan raya yang mulus dan lebar, jaringan komunikasi yang menjangkau daerah wisata, jaringan listrik, jasa kesehatan, sumber air dan sebagainya.

TRANSPORTATIONS
   Transportasi adalah alat angkutan yang bersih dan nyaman serta aman yang mudah diperoleh serta dapat menjangkau daerah wisata yang dituju.

HUMAN / HOSPITALITY
   Faktor terakhir yang tentunya penting sekali menjadi modal utama berkembangnya pariwisata adalah Human (masyarakat/ sumber daya manusia) atau Hospitality (keramahtamahan yang berasal dari masyarakatnya).

Masyarakat Suku Baduy

   Berkaca dari jauhnya perbandingan dengan DTW lain, maka sangatlah bijaksana bila kita harus introspeksi melihat apa yang kurang dari penataan potensi pariwisata Banten. FAITH merupakan alat evaluasi yang dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada.

   Saya tidak perlu mengungkapkan apalagi yang perlu dibenahi, karena self evaluation atau self assessment akan lebih mendewasakan kita dalam menilai sudah siapkah propinsi Banten menjadikan pariwisata sebagai potensi pemerintah untuk mengelolanya menjadi Penghasilan Asli Daerah yang dapat diandalkan.

   Kuncinya dari 5 huruf FAITH tersebut, huruf terakhir sebetulnya adalah potensi yang dapat mengelola pariwisata dengan tepat dan dapat menjadikan hidup matinya pariwisata menggantungkan harapan. Bila ingin hidup di air, harus bisa berenang dan menyelam. Semoga... (wh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar