Senin, 24 Maret 2014

KEPUASAN KONSUMEN ADALAH YANG UTAMA

19 Juli 2011
wisnu“Banten kaya akan unsur kesenian, budaya dan sejarah yang eksotis, hal tersebut yang akan kita coba tawarkan kepada customer”

   Orangnya ramah, supel dan murah senyum. Itulah kesan pertama yang dapat ditangkap ketika bertemu pria yang satu ini. Besar dan berangkat di dunia perhotelan. Wishnu begitu ia biasa disapa, telah malang melintang menahkodai beberapa elite penginapan di tanah air. Tak heran, pria yang juga pernah meniti karir di negeri matahari terbit ini, kini dipercaya menjabat sebagai General Manager di Ratu Hotel Bidakara Serang, Banten yang beberapa waktu yang lalu telah melakukan soft opening ini.

   Menanggapi posisi yang kini dilakoninya, Wishnu mengibaratkan hal tersebut sebagai sebuah tantangan baru. “Ini ibarat kita menyebar benih. Jadi harus tekun dan sabar,” ujar Wishnu.

   Namun sebagai seorang profesional di bidangnya, menurut pria asli Bandung, Jawa Barat ini, beberapa konsep strategis telah siap dituangkanya di ranah pekerjaanya yang baru dimulai ini.

   Salah satu konsep tersebut menurut Wishnu adalah dengan cara menampilkan berbagai jenis kesenian yang merupakan unsur sejarah dan budaya khas Banten. Banten kaya akan unsur kesenian, budaya dan sejarah yang eksotis.
   “Inilah yang akan kita coba tawarkan kepada customer. Kita ingin, selain menikmati kenyamanan di fasilitas yang ada di hotel kami, customer juga dapat menikmati budaya dan sejarah Banten yang unik dan beragam yang akan kami tampilkan lewat beberapa miniatur dan buflet. Lalu secara utuh bisa dinikmati melalui kesenian Rampak Beduk dan lainnya,” papar Wishnu.

   Selain itu, kata Wishnu, pada 3-4 bulan kedepan, beberapa paket tour wisata budaya dan sejarah ke berapa objek wisata di Banten, seperti kawasan Banten Lama, Baduy dan lainnya akan pula turut mewarnai paket liburan yang ditawarkan manajemen.

   ”Ini merupakan sebuah komitmen dari manajemen dan pimpinan Ratu Hotel Bidakara untuk memberikan service yang optimal kepada customer. Karena kepuasaan konsumen adalah yang utama dan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri. Ini juga merupakan sebuah wujud peran serta dalam membangun dunia pariwisata di Provinsi Banten dalam kebersamaan,” terangnya.

Mengenalkan Pariwisata Banten Secara Utuh
   Pariwisata merupakan sebuah upaya pendekatan yang utuh dalam melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat di daerah, melestarikan alam, melestarikan lingkungan, serta menumbuhkan rasa kebanggaan nasional dalam rangka mengantisipasi pengaruh budaya global yang bertentangan dengan budaya bangsa.

   Provinsi Banten dalam bingkai perjalanannya selama hampir satu dasawarsa lebih ini tentunya masih mencari bentuk jati diri yang paling ideal sebagai sebuah daerah yang benar-benar mandiri yang terlepas dari Jawa Barat.

   Begitu juga dengan perkembangan dunia pariwisata yang dimilikinya, beberapa potensi eksotis yang dimilikinya seperti Situs Banten Lama (Kerajaan Banten), Keindahan Pantai (Anyer, Carita dan Tanjung lesung), Aktraksi dan Kultur Tradisional (Aktraksi Debus dan Masyarakat Badui), Gunung dan Sumber Air Panas, Areal Konservasi (Taman Nasional Ujung Kulon, Cagar Alam Pulau Dua, Taman Wisata Pulau Sangiang), Danau (Rawa Danau) dan Gunung Berapi Krakatau di Selat Sunda dirasa belum tergarap secara optimal.

  “Banten ini, menurut saya adalah sebuah mutiara yang masih berada di dalam cangkangnya,” tutur Wishnu.

   Mengapa demikian, lanjut Wishnu, berbagai potensi objek wisata potensial di Provinsi yang terletak di ujung barat pulau jawa ini, belum seutuhnya mampu dimunculkan ke permukaan. Selain itu, masalah klasik seperti kurangnya promosi dan sarana infrastruktur yang belum maksimal, menurut Wisnu masih menjadi hal yang harus diperhatikan dengan serius.

   “Namun dalam bingkai perjalananya, dunia pariwisata di Provinsi Banten, walau belum signifikan dipastikan akan terus menggeliat naik. Sebenarnya, kita harus punya sebuah komitmen yang kuat untuk bersama-sama memajukan dunia pariwisata di Provinsi Banten,” tutur Wishnu.

   Wishnu mejelaskan, selain melakukan promosi pariwisata yang rutin dan pembenahan sarana infrastruktur yang merupakan hal vital yang harus dilakukan, pengenalan kesenian, sejarah dan budaya Banten yang lainnya harus turut pula dilakukan.

   “Jadi orang tidak akan kenal Banten secara setengah-setengah, melainkan kenal Banten secara utuh. Kita tidak hanya punya Debus, kita punya Rampak Beduk dan Kesenian lainnya, dan penganan-penganan tradisional. Selain itu, kita tidak hanya punya Baduy, kita juga punya Banten Lama, dan objek-objek wisata pantai yang terbilang amazing. Jadi tinggal bagaimana kita mampu mengemasnya dengan baik aja,” tegas Wishnu.

   Wishnu menambahkan, kini saatnya untuk merubah pola pikir dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya terhadap eksitensi dunia pariwisata. Karena tidak dipungkiri bahwa dalam perkembangnya, dunia pariwisata bukan hanya merupakan sebuah fenomena ekonomik saja, tetapi juga fenomena geografik, sosial budaya dan politik.

   “Secara geografis, pariwisata makin tidak mengenal batas-batas negara. Perjalanan dalam negeri maupun internasional makin intensif dan kendala jarak makin kecil. Artinya saat ini, kepariwistaan telah berkembang menjadi suatu fenomena global. Kepariwisataan telah menjadi kebutuhan dasar dan menjadi bagian dari hak asasi manusia yang harus dihormati dan dilindungi,” ujar Wishnu. @ OPAN/MISRI

Seperti yang telah diterbitkan di koranbali.com:
http://koranbali.com/?p=2340

Tidak ada komentar:

Posting Komentar