Selasa, 25 Maret 2014

PARIWISATA BANTEN, HARUS DIKELOLA ORANG YANG TEPAT

Oleh: WISHNU HS




   Sekali lagi kita membahas tentang pariwisata Banten. Kalau kita sudah membahasnya, apalagi yang perlu digaris bawahi dari semua potensi bahasan yang pernah ada?
  
   Banyak sekali seminar atau diskusi serius tentang hidup mati atau masa depan pariwisata Banten yang telah dilakukan, namun nyatanya perkembangan pariwisata Banten tetap saja tidak ada kemajuan yang signifikan atau tidak ada perubahan berarti sama sekali.

   Kalau dulu sering dikatakan Banten bisa menjadi Bali Kedua atau bisa menyamai Bali sekitar 10 tahun lalu, mari kita lihat statistik berikut ini. Wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Bali tahun 2012 ada 2,8 juta, sedangkan yang ke Banten 189.000 saja. Berarti pencapaian Banten hanya 6,75% dari pencapaian Bali. Tahun 2013 Bali semakin meningkat dengan pencapaian 3,2 juta wisman, sedangkan saya hingga sekarang belum pernah mengetahui statistik Banten 2013.

   Dimana letak kesalahannya? Sementara daerah-daerah lain pelan-pelan semakin menunjukkan ‘kedewasaannya’ sehingga menjadi daerah tujuan wisata yang diandalkan dan menjadi kebanggaan bagi masyarakatnya. Jadi saya rasa tidak sebanding bila kita membandingkan atau bahkan bersiap bersaing dengan sang jagonya wisata Indonesia tersebut, apalagi baru-baru ini Bali kembali dinobatkan sebagai daerah tujuan (destinasi) wisata terbaik (Island Destination Of The Year) dalam ajang China Travel & Meeting Industry Awards 2013, juga sebagai pulau terindah di dunia pilihan pembaca majalah Conde Nast Traveler di Rusia tahun 2013. Marilah kita coba tengok apa yang sebetulnya harus kita perhatikan.

FAITH
   Bagi saya, mengelola tempat pariwisata itu perlu memegang azas FAITH. Faith bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia bisa berarti keyakinan, kepercayaan dan juga kesetiaan. Namun yang saya maksud disini kaitannya dengan pariwisata itu adalah Facilities, Attractions, Infrastructures, Transportations dan Human / Hospitality.

FACILITIES
   Adanya fasilitas dalam setiap tempat-tempat wisata merupakan syarat penting wisatawan berniat datang. Fasilitas itu antara lain adalah penginapan, rumah makan, pelayanan umum seperti toko-toko baik yang tradisional ataupun modern.

ATTRACTIONS
   Atraksi atau daya tarik merupakan penunjang yang akan menjadikan tolok ukur adanya magnet yang sangat diperlukan, karena tanpa daya tarik, maka wisatawan, terutama mancanegara, tidak akan mau datang. Daya tarik bisa berupa potensi alam dan iklim cuaca, sejarah daerah tersebut, kebudayaan, kesenian, adat istiadat masyarakat setempat, makanan atau minuman khas, suvenir atau cenderamata, dan tentunya keamanan, kenyamanan serta keselamatan.

Tarian Selamat Datang Khas Banten


INFRASTRUCTURES
   Wisatawan akan merasakan kenyamanan lebih apabila infrastruktur terjamin, seperti jalan raya yang mulus dan lebar, jaringan komunikasi yang menjangkau daerah wisata, jaringan listrik, jasa kesehatan, sumber air dan sebagainya.

TRANSPORTATIONS
   Transportasi adalah alat angkutan yang bersih dan nyaman serta aman yang mudah diperoleh serta dapat menjangkau daerah wisata yang dituju.

HUMAN / HOSPITALITY
   Faktor terakhir yang tentunya penting sekali menjadi modal utama berkembangnya pariwisata adalah Human (masyarakat/ sumber daya manusia) atau Hospitality (keramahtamahan yang berasal dari masyarakatnya).

Masyarakat Suku Baduy

   Berkaca dari jauhnya perbandingan dengan DTW lain, maka sangatlah bijaksana bila kita harus introspeksi melihat apa yang kurang dari penataan potensi pariwisata Banten. FAITH merupakan alat evaluasi yang dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada.

   Saya tidak perlu mengungkapkan apalagi yang perlu dibenahi, karena self evaluation atau self assessment akan lebih mendewasakan kita dalam menilai sudah siapkah propinsi Banten menjadikan pariwisata sebagai potensi pemerintah untuk mengelolanya menjadi Penghasilan Asli Daerah yang dapat diandalkan.

   Kuncinya dari 5 huruf FAITH tersebut, huruf terakhir sebetulnya adalah potensi yang dapat mengelola pariwisata dengan tepat dan dapat menjadikan hidup matinya pariwisata menggantungkan harapan. Bila ingin hidup di air, harus bisa berenang dan menyelam. Semoga... (wh)

PARIWISATA BALI MESTI PERTAHANKAN BUDAYA

Rabu, 19 Februari 2014 - 11:11 wib | Rohmat - Okezone


Wisatawan asing di Bali (Foto: Arif Julianto/Okezone)Wisatawan asing di Bali (Foto: Arif Julianto/Okezone)
DENPASAR - Pengembangan pariwisata  Bali ke depan harus tetap mempertahankan budaya dalam menghadapi era globalisasi. Bahkan Bali tidak berlebihan dikatakan sebagai jantung pariwisata Indonesia yang akan menyelamartkan dan menjadi kekuatan menghadapi serbuan globalisasi.

Mantan Menpora di era orde baru Hayono Isman mengatakan, masyarakat Bali tentunya sepakat agar budaya tetap dipertahankan sebagai identitas dan benteng dalam memfilter budaya asing.

“Budaya  Bali  jadi benteng kekuatan Indonesia hadapi era globalisasi,“ tutur Hayono Isman di Denpasar, Rabu (19/2/2014).

Karenanya, dia sependapat untuk memastikan bahwa  pariwista budaya harus menjadi nafas pengembangan pariwisata di Pulau Dewata. “Bali adalah pariwisata budaya bukan bukan pariwisata yang lain,“ tegasnya lagi.

Jadi, yang hendak dikembangkan Bali bukanlah pariwisaata Mall seperti Singapura. Pariwisata yang selalu menjaga faktor lingkungan. Lingkungan tidak bisa dilepaskan pula dari budaya masyarakat Bali. Jika lingkungan tidak terjaga dengan baik maka daya tarik dan kekuatan pariwisata di Bali akan hilang.

“Jangan sampai lingkungan yang menjadi kekuatan  pariwisata Bali digantikan pariwisata beton,“ tukas Hayono yang maju sebagai capres konvensi Partai Demokrat itu.

Hal penting dilakukan dalam menjaga lingkungan Bali dari kerusakan oleh pembangunan  adalah faktor penegakan hukum. Jika ada pelanggaran pembangunan hotel harus diambil tindakan tegas. Pemerintah daerah harus konsisten mengawal aturan dan mencegah pembangunan yang merusak lingkungan.

Jangan sampai lahan subur produktif dikurbankan untuk pembangunan akomodasi pariwisata seperti hotel atau vila. Apalagi, Indonesia menghadapi krisis lahan pertanian yang terus berkurang. Pengembangan pariwisata bukan mengandalkan fisik namun pariwisata yang berbasis agrowisata atau wisata alam.

Dalam pandangan akademisi Universitas Udayana Prof Dr I Gde Parimartha, Bali tidak hanya milik masyarakat setempat tetapi  juga kebanggan nasional. Bali memilki daya tarik pariwisata dengan  kearifan lokal yang senantiasa melekat pada budaya dan sikap keberagaman.

“Budaya Bali perlu diperhatikan seperti daerah lainnya sebagai puncak kebudayaan nasional. Berbagai kearifan lokal sangat luar biasa dan bisa menjadi contoh daerah lainnya“ imbuhnya. (ftr/okezone)

SATU LAGI SURGA KEINDAHAN TERSEMBUNYI DARI BALI SELATAN

Kamis, 20 Februari 2014 - 03:50 wib | Winda Destiana - Okezone


Foto: Indonesia travelFoto: Indonesia travel
MEMANG sudah tidak diragukan lagi jika Pulau Bali menyimpan keindahan yang seakan tidak ada habisnya. Deretan kegiatan religi dan budaya telah dilengkapi dengan keindahan bentang alamnya yang memukau, terutama pantai.

Nah, apabila Anda sudah mengenal Pantai Kuta atau Pantai Dreamland maka kini perlu menyambangi satu lagi pantai yang begitu elok dan terus dikembangkan menjadi tujuan wisata bahari. Nama pantainya adalah Pandawa, kadang dikenal pula dengan Pantai Kutuh.

Seperti dilansir dari laman IndonesiaTravel, Pantai Pandawa berlokasi di Bali Selatan, tepatnya Desa Kutuh, Kecamatan Kutu Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Dahulu pantai ini dikenal sebagai Secret Beach karena lokasinya yang berada di belakang tebing-tebing tinggi ditumbuhi oleh semak belukar. Pantai yang hanya berjarak sekitar 3 km dari Nusa Dua ini sebenarnya sudah lama dikenal namun karena akses menuju pantai cukup sulit menjadikan pantai ini sepi dari kunjungan wisatawan.

Melihat potensi keindahan yang dimiliki oleh pantai ini, pada beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Badung sudah membuka akses berupa jalan sepanjang kurang lebih 1,5 km menuju pantai yang melewati tebing-tebing kapur tinggi. Kondisi jalanan menuju lokasi pantai ini begitu unik dan megah karena diapit tebing-tebih yang telah dibelah.

Nama Pantai Pandawa sendiri diambil dari nama tokoh pewayangan Panca Pandawa. Oleh karena itu, ketika memasuki kawasan pantai, Anda akan disambut oleh patung Pandawa Lima, yaitu Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Kelimanya diukir dengan indah dan uniknya patung-patung tersebut disimpan di dalam tebing-tebing kapur.

Anda dapat melihat kelima patung tersebut secara bersamaan dan berurutan dari bawah pantai ke arah Barat. Keindahan pantainya sendiri tidak perlu diragukan lagi. Pesona pasir putihnya terhampar dari ujung ke ujung, airnya jernih dan bersih dan deburan ombaknya mengalun di kejauhan. Harmonisasi berbagai keindahan tersebut siap menentramkan hati Anda.

Berkunjung ke pantai ini berarti Anda perlu bersiap-siap untuk basah. Berenang menjadi aktivitas utama selain kano atau paragliding. Akan tetapi, apabila tidak ingin berbasah-basahan maka Anda bisa bersantai duduk di warung-warung pinggir pantai sembari menikmati air kelapa bersama jagung bajar. Anda juga bisa berjalan-jalan di sepanang pesisir pantainya menyaksikan petani rumput laut yang sedang beraktivitas.

Pantai Pandawa memang dijadikan sebagai tempat budidaya rumput laut. Di pantai ini Anda bisa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman tentang budidaya rumput laut yang dijalankan masyarakat sekitar sejak 1980-an. Kabarnya, kini aktivitas budidaya tersebut menggandeng mitra dari negara lain, seperti Denmark dan Amerika Serikat.

Selain dikenal dan dijadikan sebagai tujuan wisata pantai, Pantai Pandawa juga digunakan sebagai lokasi upacara hindu “melasti” oleh masyarakat desa setempat. Oleh karena itu, datang pada saat upacara tersebut dapat memberikan atraksi yang lebih mengesankan.
(ftr/okezone)

MAJALAH RUSIA NOBATKAN PULAU BALI TERINDAH DI DUNIA

Kamis, 20 Maret 2014 - 03:14 wib | Mutya Hanifah - Okezone

Pantai Kuta, Bali (Foto: Mutya/Okezone)Pantai Kuta, Bali (Foto: Mutya/Okezone)KEINDAHAN Bali hingga kini masih tak terbantahkan, bahkan tetap diakui oleh dunia. Salah satu buktinya, Bali baru saja dinobatkan sebagai pulau terindah di dunia oleh majalah pariwisata Rusia.

Majalah Pariwisata Conde Nast Traveler Rusia menobatkan Pulau Bali sebagai pulau terindah di dunia. Duta Besar RI untuk Rusia, Djauhari Oratmangun, didampingi Penangggung Jawab Fungsi Pensosbud KBRI Moskow, Yul Edison, mewakili penerimaan penghargaan tersebut pada 17 Maret 2014 di Moskow, Rusia.

Terpilihnya Bali sebagai pulau terindah di dunia ini merupakan pilihan pembaca Conde Nast Traveler Rusia, dan lebih dari itu rupanya mendapatkan perhatian banyak media di Rusia. Bali berhasil mengalahkan beberapa nominasi pulau indah lainnya, seperti Phuket, Maladewa, Mauritius, dan Yunani.

“KBRI Moskow juga secara terus-menerus melakukan upaya promosi Pulau Bali dan objek-objek wisata lain di Indonesia kepada masyarakat Rusia. Penghargaan ini merupakan bukti bahwa Indonesia termasuk Pulau Bali mampu memberikan 5S kepada turis Rusia, yakni sun, sea, sand, smile, service, scenery, dan satisfaction, setelah mereka kembali ke negaranya,” kata Djauhari Oratmangun, Duta Besar RI untuk Rusia, seperti dikutip dari laman Indonesia.Travel, Kamis (20/3/2014).

Selain mendapatkan penghargaan pulau terindah, salah satu hotel di Bali, yaitu Hotel Mulia Bali, masuk nominasi hotel terbaik untuk keluarga pilihan pembaca. Namun, hotel ini masih belum berhasil memenangkan kategori hotel terbaik.

Majalah Conde Nast Traveler di Rusia rutin menyelenggarakan Readers Choice Award untuk mengetahui kategori wisata dan sarana pendukung yang disukai masyarakat Rusia. Majalah inipun sering memuat tulisan mengenai tujuan wisata di Indonesia, termasuk Edisi Summer 2013, yang secara khusus mengulas pengalaman Maria Sharapova saat berkunjung ke Yogyakarta dalam 14 halaman di Conde Nast Traveler Rusia, Spanyol, dan juga versi China. (ftr/okezone)

Senin, 24 Maret 2014

FLOATING MARKET KE 2 MAKIN RAMAI DI PARAGONBIZ HOTEL

   Wisata kuliner yang dikemas dengan unik tentu akan menjadi daya tarik yang sungguh mengasyikkan bagi mereka yang menginginkan suasana makan malam yang berbeda.

Picture 1: Floating Market 

   Itulah suasana yang didapatkan pada malam Sabtu, 14 April lalu di ParagonBiz Hotel, Jalan Binong Raya, Curug, Tangerang. Hotel berbintang 3 yang menjulang 15 lantai itu kembali menghadirkan Floating Market atau mereka sebut dengan Waroeng Apoeng dengan sensasi bertema latin pada musik dan beberapa menu makanan.

   Menurut Wishnu HS, General Manager ParagonBiz Hotel, Floating Market ini selalu dihadirkan secara rutin setiap bulan sekali dengan tema yang berbeda-beda dimana Maret ini temanya adalah Latin. Bulan depan, tepatnya 4 April, temanya adalah Mulak Tu Jabu yang berarti Pulang Kampung dalam bahasa Batak, sehingga tamu-tamu akan dihibur dengan musik Batak dan Sumatra Utara.

Picture 2: Wishnu, GM ParagonBiz Hotel bersama selebritis Harry de Fretes yang ikut menikmati acara Floating Market

   Yang menarik dari acara tersebut adalah tidak berlakunya uang tunai untuk transaksi pembelian makanan atau minuman. Makanan dan minuman yang dijual di atas perahu hanya dapat dibeli dengan menggunakan koin yang bernilai 5, 10 dan 20, sehingga pengunjung harus menuju KPK untuk menukarkan uang tunai dengan koin. Oya, KPK itu bukan Komisi Pemberantasan Korupsi, jadi pengunjung tidak perlu kuatir, karena KPK ini adalah Kasir Penukaran Koin, ungkap Wishnu seraya tersenyum.

   Crew ParagonBiz Hotel yang ikut terlibat dalam melayani tamu-tamu pun ternyata tidak hanya mereka yang bertugas di F&B Department saja, namun juga dari seluruh department yang ada di hotel, mulai dari para manager sampai staff biasa pun larut dalam kemeriahan pelayanan Floating Market ini. Apalagi dengan mengenakan pakaian ala kampung, inilah istimewanya Floating Market ParagonBiz Hotel, ungkap pria yang juga pengurus Badan Promosi Pariwisata Daerah Propinsi Banten, sehingga nuansa akan lebih mengena, termasuk suara jangkrik dan kodok yang ramai bersahut-sahutan menjelang maghrib menambah aslinya suasana kampung di acara tersebut.


Picture 3: Crew ParagonBiz Hotel bersama dua tamu bule

   Malam yang cerah saat itu membawa gairah pengunjung yang kali ini makin meramaikan Floating Market dan berjumlah lebih banyak dibanding Floating Market bulan sebelumnya, baik pengunjung lokal maupun wisatawan mancanegara. Wisata kuliner kreatif seperti yang dibuat di ParagonBiz Hotel merupakan terobosan untuk bisa lebih menggairahkan pengunjung untuk datang ke Tangerang, Banten sebagai salah satu alternatif yang tidak boleh dilewatkan. (ParagonBiz News) 

KEPUASAN KONSUMEN ADALAH YANG UTAMA

19 Juli 2011
wisnu“Banten kaya akan unsur kesenian, budaya dan sejarah yang eksotis, hal tersebut yang akan kita coba tawarkan kepada customer”

   Orangnya ramah, supel dan murah senyum. Itulah kesan pertama yang dapat ditangkap ketika bertemu pria yang satu ini. Besar dan berangkat di dunia perhotelan. Wishnu begitu ia biasa disapa, telah malang melintang menahkodai beberapa elite penginapan di tanah air. Tak heran, pria yang juga pernah meniti karir di negeri matahari terbit ini, kini dipercaya menjabat sebagai General Manager di Ratu Hotel Bidakara Serang, Banten yang beberapa waktu yang lalu telah melakukan soft opening ini.

   Menanggapi posisi yang kini dilakoninya, Wishnu mengibaratkan hal tersebut sebagai sebuah tantangan baru. “Ini ibarat kita menyebar benih. Jadi harus tekun dan sabar,” ujar Wishnu.

   Namun sebagai seorang profesional di bidangnya, menurut pria asli Bandung, Jawa Barat ini, beberapa konsep strategis telah siap dituangkanya di ranah pekerjaanya yang baru dimulai ini.

   Salah satu konsep tersebut menurut Wishnu adalah dengan cara menampilkan berbagai jenis kesenian yang merupakan unsur sejarah dan budaya khas Banten. Banten kaya akan unsur kesenian, budaya dan sejarah yang eksotis.
   “Inilah yang akan kita coba tawarkan kepada customer. Kita ingin, selain menikmati kenyamanan di fasilitas yang ada di hotel kami, customer juga dapat menikmati budaya dan sejarah Banten yang unik dan beragam yang akan kami tampilkan lewat beberapa miniatur dan buflet. Lalu secara utuh bisa dinikmati melalui kesenian Rampak Beduk dan lainnya,” papar Wishnu.

   Selain itu, kata Wishnu, pada 3-4 bulan kedepan, beberapa paket tour wisata budaya dan sejarah ke berapa objek wisata di Banten, seperti kawasan Banten Lama, Baduy dan lainnya akan pula turut mewarnai paket liburan yang ditawarkan manajemen.

   ”Ini merupakan sebuah komitmen dari manajemen dan pimpinan Ratu Hotel Bidakara untuk memberikan service yang optimal kepada customer. Karena kepuasaan konsumen adalah yang utama dan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri. Ini juga merupakan sebuah wujud peran serta dalam membangun dunia pariwisata di Provinsi Banten dalam kebersamaan,” terangnya.

Mengenalkan Pariwisata Banten Secara Utuh
   Pariwisata merupakan sebuah upaya pendekatan yang utuh dalam melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat di daerah, melestarikan alam, melestarikan lingkungan, serta menumbuhkan rasa kebanggaan nasional dalam rangka mengantisipasi pengaruh budaya global yang bertentangan dengan budaya bangsa.

   Provinsi Banten dalam bingkai perjalanannya selama hampir satu dasawarsa lebih ini tentunya masih mencari bentuk jati diri yang paling ideal sebagai sebuah daerah yang benar-benar mandiri yang terlepas dari Jawa Barat.

   Begitu juga dengan perkembangan dunia pariwisata yang dimilikinya, beberapa potensi eksotis yang dimilikinya seperti Situs Banten Lama (Kerajaan Banten), Keindahan Pantai (Anyer, Carita dan Tanjung lesung), Aktraksi dan Kultur Tradisional (Aktraksi Debus dan Masyarakat Badui), Gunung dan Sumber Air Panas, Areal Konservasi (Taman Nasional Ujung Kulon, Cagar Alam Pulau Dua, Taman Wisata Pulau Sangiang), Danau (Rawa Danau) dan Gunung Berapi Krakatau di Selat Sunda dirasa belum tergarap secara optimal.

  “Banten ini, menurut saya adalah sebuah mutiara yang masih berada di dalam cangkangnya,” tutur Wishnu.

   Mengapa demikian, lanjut Wishnu, berbagai potensi objek wisata potensial di Provinsi yang terletak di ujung barat pulau jawa ini, belum seutuhnya mampu dimunculkan ke permukaan. Selain itu, masalah klasik seperti kurangnya promosi dan sarana infrastruktur yang belum maksimal, menurut Wisnu masih menjadi hal yang harus diperhatikan dengan serius.

   “Namun dalam bingkai perjalananya, dunia pariwisata di Provinsi Banten, walau belum signifikan dipastikan akan terus menggeliat naik. Sebenarnya, kita harus punya sebuah komitmen yang kuat untuk bersama-sama memajukan dunia pariwisata di Provinsi Banten,” tutur Wishnu.

   Wishnu mejelaskan, selain melakukan promosi pariwisata yang rutin dan pembenahan sarana infrastruktur yang merupakan hal vital yang harus dilakukan, pengenalan kesenian, sejarah dan budaya Banten yang lainnya harus turut pula dilakukan.

   “Jadi orang tidak akan kenal Banten secara setengah-setengah, melainkan kenal Banten secara utuh. Kita tidak hanya punya Debus, kita punya Rampak Beduk dan Kesenian lainnya, dan penganan-penganan tradisional. Selain itu, kita tidak hanya punya Baduy, kita juga punya Banten Lama, dan objek-objek wisata pantai yang terbilang amazing. Jadi tinggal bagaimana kita mampu mengemasnya dengan baik aja,” tegas Wishnu.

   Wishnu menambahkan, kini saatnya untuk merubah pola pikir dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya terhadap eksitensi dunia pariwisata. Karena tidak dipungkiri bahwa dalam perkembangnya, dunia pariwisata bukan hanya merupakan sebuah fenomena ekonomik saja, tetapi juga fenomena geografik, sosial budaya dan politik.

   “Secara geografis, pariwisata makin tidak mengenal batas-batas negara. Perjalanan dalam negeri maupun internasional makin intensif dan kendala jarak makin kecil. Artinya saat ini, kepariwistaan telah berkembang menjadi suatu fenomena global. Kepariwisataan telah menjadi kebutuhan dasar dan menjadi bagian dari hak asasi manusia yang harus dihormati dan dilindungi,” ujar Wishnu. @ OPAN/MISRI

Seperti yang telah diterbitkan di koranbali.com:
http://koranbali.com/?p=2340

PARIWISATA BANTEN SIAPKAH UNTUK MAJU?

Oleh: Wishnu HS
Pariwisata Banten? Katanya pariwisata Banten tidak kalah dibandingkan dengan daerah lain yang sudah tersohor dan menjadi DTW atau Daerah Tujuan Wisata unggulan Indonesia. Ada juga yang berpendapat bahwa pariwisata Banten lebih cantik dibandingkan dengan daerah lain.
Tetapi, pada kenyataannya travel agent lebih berminat menjual Bali, NTB, Jawa Barat, Batam, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan tentunya DKI Jakarta untuk domestic tour packages. Lihat saja iklan-iklan paket perjalanan dari travel agent di surat kabar, jarang tertera paket ke Banten.
Saya tidak perlu membahas apa saja kelebihan atau keunggulan dari keindahan atau pesona pariwisata Banten. Semua orang sudah mengetahuinya.
Apabila pariwisata Banten lebih baik, maka pertanyaannya adalah mengapa banyak orang mengalihkan perhatiannya ke daerah wisata lain? Mengapa travel agent lebih menjual daerah lain dibandingkan Banten? Jadi, apa yang salah di Banten?
Jumlah Wisatawan Menginap Minim
Dilihat dari data statistic bersumber dari info BPS, Banten hanya kedatangan 436 tamu asing  yang menginap di hotel berbintang per hari pada tahun 2010. Bandingkan dengan Bali yang kedatangan 15.501 tamu asing per hari, atau Kep. Riau (1.629), Jawa Barat (1.160), NTB (1.187), atau Jakarta yang menempati terbanyak kedua dengan 6.644 tamu asing per hari.
Sementara itu, untuk lama menginap, tamu domestik ke Banten hanya tinggal rata-rata selama 1,45, masih jauh dibawah Bali (3,25), Papua (2,95), Maluku (2,9), Papua Barat (2,37), atau NTB (2,33).
Dari kedua data statistic di atas tadi menunjukkan bahwa dorongan untuk datang berkunjung ke Banten masih relative rendah. Bali dan NTB, ataupun provinsi di Pulau Jawa yang merupakan indicator pembanding, masih jauh di atas Banten dalam pencapaiannya.
VISIT BANTEN 2013
Menjelang pencanangan Tahun Kunjungan Banten tahun 2013, berarti masih ada waktu satu tahun lagi untuk melihat kesiapan yang ada agar pada saatnya seluruh komponen masyarakat Banten siap menyambut dan menerima para wisatawan yang datang.
Berkaca pada keberhasilan provinsi lain yang menjadikan pariwisata sebagai salah satu PAD yang utama dan menjadikan daerah tersebut menjadi daerah tujuan wisata utama Indonesia, maka saatnya masyarakat wisata Banten tidak lagi menggunakan ungkapan yang seolah-olah Banten merupakan daerah yang “sebetulnya lebih baik” dibandingkan daerah lain, karena pada kenyataannya tingkat keberhasilannya masih jauh dari pencapaian daerah lain. Apabila memang “lebih baik”, marilah kita persiapkan secara matang.
Dalam membuat suatu daerah menjadi siap, maka dibutuhkan beberapa factor pendukung, yaitu kesiapan infrastruktur (kesiapan dan kemudahan jalan atau akses menuju daerah wisata), transportasi darat, laut dan udara, lalu keamanan, kenyamanan, jaminan kesehatan dan higinitas. Tak lupa juga adalah kesiapan sumber daya alam, kebudayaan yang terjaga, pengembangan segala jenis wisata, seperti wisata alam, wisata pantai, wisata sejarah, wisata budaya, wisata kampung, wisata religi dll. Last but not least, kesiapan sumber daya manusia untuk bisa menerima setiap jenis wisatawan, baik mancanegara maupun domestic, yang berlibur maupun yang berbisnis, sehingga sangat perlu sosialisasi dan penyuluhan agar masyarakat tidak “gawis” alias gagap wisata.
Pengembangan pusat wisata harus disebar dan tidak dikonsentrasikan saja pada satu titik. Ini mengingatkan pada saat pengembangan Pantai Carita di tahun 70an, begitu terkenalnya Carita sehingga menjadi daerah tujuan wisata andalan Jawa Barat (saat itu) di pesisir barat. Namun ketika pengembangan diperluas ke arah utara Carita, yaitu Anyer di akhir tahun 80an, Carita malah menjadi menurun dan pelahan mati suri. Hingga sekarang Anyer merupakan andalan utama wisata pantai Banten, padahal masih banyak wisata pantai lainnya yang sangat potensial yang bisa berkembang, seperti pantai Binuangeun, Bagedur, Sawarna.
Wakil Gubernur H. Masduki pun sempat mengakui bahwa kendala utama pariwisata Banten adalah pada masalah infrastruktur jalanan. Gubernur Hj. Ratu Atut Chosiyah pun menyatakan siap melakukan percepatan pembangunan dan perbaikan akses jalanan menuju daerah wisata Banten Selatan, dan ini merupakan indikasi keseriusan pemerintah Provinsi Banten untuk mengembangkan pariwisata secara tepat. Tak lupa juga unsur kualitas yang harus diperhatikan, sehingga jalanan yang sudah dibenahi dapat bertahan lama. Jalan akses menuju tempat wisata merupakan prioritas karena menyangkut kenyamanan terpenting bagi pengunjung agar mudah dan nyaman berkendara.
Potensi yang ada di Banten jelas sangatlah banyak, dalam setiap kesempatan, Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya, Provinsi Banten, Egi Januiswaty, selalu menyampaikan kekayaan dan keragaman jenis pariwisata yang ada di Banten. Dengan jumlah yang banyak dengan pemetaan yang cukup lengkap, alangkah sayangnya bila hanya menjadi referensi di buku wisata namun penuh tambal sulam dalam pengembangan dan minim dalam promosi dan pemasarannya.

Seperti yang telah diterbitkan di www.bppdbanten.com: 
http://www.bppdbanten.com/pariwisata-banten-siapkah-untuk-maju/#more-60