PARIWISATA
BANTEN
Potensi
Yang Terpinggirkan?
Oleh:
Wishnu HS
Suatu ketika, saya mengajak adik saya, yang kebetulan
menghabiskan masa cutinya dengan berkunjung ke tempat saya di kota Serang,
untuk mengunjungi situs wisata peninggalan jaman kejayaan Kesultanan Banten di
desa Banten Lama.
Bagi
adik saya, ini merupakan pengalaman menarik karena baru pertama kali ia
mengunjungi situs wisata tersebut. Sebutlah Tasikardi, Pengindelan Abang,
Pengindelan Putih, Pengindelan Emas, Keraton Surosowan, Masjid Agung, Keraton
Kaibon, Benteng Speelwijk dll. Apalagi adik saya adalah jurnalis di salah satu
media massa nasional terkemuka di Jakarta, jadi naluri jurnalistiknya
menggelitik untuk mengetahui lebih jauh mengenai sejarah hebat dari ranah
Banten ini.
Dari
sekian banyak yang kami kunjungi, kami mencatat hal menarik sekitar Pengindelan
Abang, Putih dan Emas.
Pengindelan
merupakan bangunan filterisasi atau penyaringan air yang dilakukan secara
bertahap dimana air dialirkan dari Tasikardi menuju Keraton Surosowan yang
merupakan tempat kediaman para Sultan
atau raja Banten pada masa itu. Bangunan ini diperkirakan dibangun pada abad 16
seiringan dengan dibangunnya Keraton Surosowan.
Penyaringan
pertama adalah Pengindelan Abang, bangunan yang kini berada di tepi jalan
beraspal menuju situs sejarah Banten Lama, bertetangga dengan sawah yang
menguning.
Pengindelan Abang |
Setelah
itu, air dialirkan melalui saluran konstruksi bata ke Pengindelan Putih yang
berjarak lurus sekitar 250 meter dari Abang. Pengindelan Putih berada di
tengah-tengah persawahan. Lalu dialirkan lagi ke Pengindelan Emas sebagai
penyaringan terkhir sebelum akhirnya mengalir masuk ke Keraton Surosowan.
Bangunan
dan sistem penyaringan yang berusia 500an tahun ini sebetulnya sangat
potensial menjadi rangkaian objek wisata
sejarah andalan di Banten ini, apalagi ini berada di area situs sejarah
integrated Banten Lama, mengingat potensi wisata Banten yang paling wajar
dikembangkan, selain keindahan pantainya, adalah peninggalan sejarah, baik
sejak jaman Kerajaan Salakanagara, juga Tarumanagara, Sunda, Pajajaran dan
akhirnya Kesultanan Banten.
MEMPRIHATINKAN
Namun
amat disayangkan, apa yang kami lihat di lapangan mengungkapkan kondisi situs
yang sangat memprihatinkan dan jauh dari kondisi siap menjadi daerah wisata
yang handal.
Lihatlah
Pengindelan Abang, tidak ada yang mengira bahwa bangunan tepi jalan itu adalah
bangunan bersejarah. Kecuali kondisi bangunan yang masih kokoh, pagar besi
sudah hilang, papan informasi situs sudah tidak ada, dinding sudah
dicoret-coret, bagian dalam bangunan bau pesing dan terdapat genangan air serta
sampah berserakan.
Pengindelan Putih |
Juga
Pengindelan Putih. Tidak ada yang pernah tahu ada bangunan kokoh yang masih
utuh berada di tengah pesawahan berjarak sekitar 100 meter dari tepi jalan.
Tapi justru situs ini kondisinya lebih baik dibanding Pengindelan Abang,
bangunan masih utuh, tanpa coretan, pagar masih ada walau sudah berkarat.
Beranjak
ke Pengindelan Emas, ini adalah bangunan yang paling memprihatinkan. Bangunan
ini sudah hancur di bagian atapnya, jadi hanya tersisa dindingnya dan segaris
saluran air menuju Keraton. Setiap hari situs ini hanya dijadikan tempat
beternak bebek dari seorang peternak yang membuat kandang bebek yang lokasinya
hanya dipisahkan oleh jalan tanah setapak dari situs.
Yang
menarik tentang hancurnya atap Pengindelan Emas adalah ungkapan dari beberapa
penduduk sekitarnya yang mengatakan bahwa bangunan Emas hancur oleh karena
penjarahan yang dilakukan sejak hancurnya Kesultanan Banten di awal abad 19.
Konon bangunan Pengindelan Emas dibuat dengan lapisan emas di dalamnya untuk
penyaringan agar menjadi sangat jernih.
Mungkin
andaikata tidak berlapis emas, nasibnya akan sma baiknya dengan Pengindelan
Abang dan Putih. Wallahu a’lam bissawab.
Pengindelan Emas |
BUKAN POTENSI TERPINGGIRKAN
Sudah
saatnya pemerintah propinsi mulai membenahi secara giat dan cepat fasilitas
yang berpotensi menghasilkan pendapatan daerah ini dari sisi pariwisata.
Pagar
kokoh dipasang kembali, papan informasi situs dan sekilas sejarahnya harus
dipasang dengan kualitas baik, lalu dinding dicat ulang agar tampak rapi dan
bersih. Rumput yang tumbuh dipangkas agar rapi. Sampah dibersihkan, genangan
air pun dikeringkan, bila perlu dibuatkan tangga menuju kea lam sehingga
pengunjung bisa masuk ke dalam bangunan. Petunjuk arah lokasipun harus dibuat,
mengingat Putih dan Emas masih berada di tengah sawah dan jalan menuju kesana
masih berupa jalan tanah setapak.
Jalan setapak menuju situs inipun sebaiknya
dibuatkan jalan paving block yang rapi, sehingga wisatawan akan merasa nyaman
mengunjungi situs.
Betapa
hebatnya membayangkan pada abad 16 Kesultanan Banten sudah memiliki system
penyaringan air yang tertata rapi.
Khusus
bagi Pengindelan Emas, harus dicarikan
sumber yang tepat agar bisa mendapat gambar yang jelas bagaimana bentuk asli
dari bangunan yang kini hancur ini. Entah itu di Museum Jakarta, atau Museum
Sejarah di Belanda.
Candi-candi
di Jawa dahulu ditemukan dalam keadaan hancur, tapi kini berdiri dengan anggun
dan luar biasa indah sehingga menarik minat banyak wisatawan untuk datang dan
menghasilkan pendapatan yang tidak sedikit.
Keraton Surosowan Kesultanan Banten |
Kalau
semua peduli, termasuk pemerintah setempat, pemerintah propinsi dan pusat,
khususnya instansi terkait bisa duduk bareng membahas apa yang bisa dilakukan
untuk pengembangan dan perbaikan situs sejarah, percayalah, pariwisata Banten
akan menjadi mutiara unggulan dan andalan, dan bukan menjadi potensi
terpinggirkan. (TERAS)
(Penulis adalah pemerhati
budaya yang juga bekerja di salah satu hotel berbintang di Banten dan Ketua IHGMA Banten Chapter)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar