Minggu, 22 Mei 2016

HOTEL, Industri Tua Yang Tetap Bergairah

HOTEL, INDUSTRI TUA YANG TETAP BERGAIRAH 
Oleh: WISHNU HS


Berbicara hotel maka tidak bisa dilepaskan dari dunia pariwisata. Dua komponen yang saling terkait dan saling ketergantungan. Perkembangannya akan menjadi sangat menentukan apabila keberadaanya memang merupakan suatu potensi untuk berkembang. 


Hotel Indonesia Jakarta

Ketika seseorang atau rombongan melakukan suatu perjalanan ke satu tempat untuk berwisata, mereka akan memerlukan tempat untuk beristirahat baik itu sekedar tempat duduk, tempat makan dan bahkan tempat untuk bermalam. Hal ini tentunya akan sangat menguntungkan bagi pengelola tempat wisata, dan juga bagi para penjual makanan, minuman, souvenir dan lain lain.

Sebaliknya bagi mereka yang berencana menginap di sebuah hotel, mereka akan mencari tempat atau fasilitas yang menarik untuk bisa dikunjungi, maksudnya adalah tempat wisata, baik wisata alam, wisata budaya, wisata belanja. Tanpa pendukung seperti itu, keberadaannya tentu akan menjadi hambar dan tentu akan menjadi susah untuk berkembang.


Hotel bukan saja menjadi tempat untuk beristirahat dengan menyediakan kamar saja, namun kini sudah berkembang pesat dengan memberikan kenyamanan kepada para tamu dengan menyediakan fasilitas seperti restoran, cafĂ©, bar, karaoke, swimming pool, spa/massage, fitness, tennis court dsb. Bahkan sudah banyak yang menyediakan akses ke bandara, atau yang berada di satu bangunan dengan mall atau plaza, sehingga lengkaplah kenyamanan para tamu dengan berkunjung ke hotel yang berkonsep “One Stop Visit”, dimana dengan sekali kunjungan saja, sudah dapat melakukan berbagai macam aktivitas karena tersedianya fasilitas yang diperlukan.


BERUSIA 5000 TAHUN
Usaha perhotelan sudah dilakukan oleh manusia sejak lama, diperkirakan sudah berumur 5000 tahun, yaitu sejak tahun 3000 sebelum Masehi. Bentuknya masih sangat sederhana sekali, hanya menyediakan beberapa ruangan yang luas yang dapat ditempati oleh beberapa orang sekaligus dengan alas tidur yang juga masih sangat sederhana. Tentu ini akan sangat beralasan, karena saat itu belum ada produsen spring bed yang empuk seperti yang kita gunakan jaman sekarang…. Hmmm….

Abad pertama masehi di Pompeii dan Herculaneum banyak didirikan rumah persinggahan sebelum hancur oleh letusan Gunung Vesuvius. Abad 3 Masehi Kaisar Romawi banyak mendirikan tempat penginapan juga. Contoh yang ditemukan di kota Pompeii adalah sebuah bangunan hotel seluas 1000 M2 yang kelak diberi nama "Grand Hotel Murecine". 

Grand Hotel Murecine Pompeii

Lalu di abad 10 Masehi, di suatu daerah yang kini berada di negeri Swiss, berdiri sebuah hotel bernama Le Grand Saint Bernard Hospice. Hotel ini banyak digunakan oleh mereka yang melakukan perjalanan menuju Roma untuk berziarah. Ruangan kamarnya pun masih sama dengan ukuran yang luas yang dapat menampung ratusan penginap, dengan tempat tidur yang tentunya lebih nyaman dibanding apa yang disediakan pada tahun 3000 SM, jadi bukan lagi hanya berupa alas tidur diatas lantai, namun sudah berbentuk ranjang.
Abad 14 dan 15 Masehi pun sudah berkembang penginapan berbentuk Inn, seperti di Eropa, terutama di Inggris, Belanda, Perancis, Spanyol dan Portugal karena faktor arus perjalanan bisnis atau para tentara kerajaan dari negara-negara tersebut.

City Hotel, Manhattan, New York
Di tahun 1794 berdiri hotel yang dibangun secara khusus di New York, Amerika, bernama City Hotel, bergaya lebih tertata rapi yang menjadi pelopor hotel modern. Kemudian di tahun 1829 dibangunlah Tremont House Hotel di Boston, Massachussetts, Amerika yang dilengkapi dengan ruang lobby, kunci pengaman pada setiap kamarnya.
 
Sejak itulah mulai bermunculan hotel-hotel dengan fasilitas yang mewah sehingga bertarif mahal dan hanya dapat ditempati oleh kalangan hartawan atau pengusaha, seperti River Street Inn (1817), Black Point Inn (1878), Hotel Jerome (1889), Jefferson Hotel (1895), The Algonquin Hotel (1902), The Davenport Hotel (1914), Casa Marina (1924) dan masih banyak lagi lainnya. Nah bagaimana perkembangan hotel di Indonesia?

INDONESIA SEJAK JAMAN PERTENGAHAN
Perkembangan hotel di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak jaman pertengahan di saat bermunculan kerajaan-kerajaan pesisir, seperti Majapahit, Cirebon, Demak, Banten, Sunda Kelapa. Namun pengelolaannya masih sangat sederhana karena bentuknya pun masih berupa rumah bilik biasa atau rumah bata dengan konstruksi sederhana. Setelah Belanda masuk ke Indonesia, perkembangannya semakin modern dengan corak bangunan yang mengikuti arsitektur Eropa karena dibangun pada jaman penjajahan Belanda dengan arsiteknya pun berasal dari Eropa.

Grand Hotel Homann Bandung

Tersebutlah hotel Savoy Homann Bandung tahun 1888, Preanger tahun 1897. Lalu ada Hotel Mij De Boer di Medan tahun 1898 yang kini menjadi Dharma Deli. Di Yogya ada Grand Hotel de Djogja tahun 1908 yang kini menjadi Hotel Garuda. Belum lagi Hotel Des Indes dan Nederlanden di Batavia, Sarkies dan Oranye di Surabaya, dan masih banyak lagi. Inilah pelopor hotel di Indonesia. Nah, puncaknya ketika Bung Karno membangun Hotel Indonesia di Jakarta, hotel modern pertama di Indonesia tahun 1962 saat menyambut Asian Games yang diadakan di Jakarta.

Hotel di Indonesia seiring dengan perkembangan pariwisata, terus meningkat baik dari segi jumlah maupun kualitasnya, termasuk jenis-jenis yang semakin bervariasi, dari jenis hotel, motel, hostel, inn, apartel, cottage, resort dan masih banyak lagi. 

PROSPEK DI BANTEN
Untuk Banten sendiri memiliki prospek yang sangat baik, hanya tinggal bagaimana infrastruktur dan sumber daya manusia yang terus ditingkatkan sehingga menjadi kesatuan pendukung yang kuat di bidang perhotelan.

Selain itu bagaimana iklim kenyamanan investasi di Banten dapat dijamin secara penuh sehingga investor merasa tenang dalam menggelontorkan dana untuk mengembangkan usahanya.
Dapat kita lihat Vietnam, Kamboja telah berkembang menjadi tempat wisata dan investasi perhotelan dan dapat bersaing dengan Negara Asean lainnya, terutama Thailand dan Malaysia. Indonesia pun mampu, Banten pun sanggup.

Banten memiliki Tanjung Lesung, Carita dan Anyer sebagai primadona wisata pantai dengan hotel-hotel resort, kini saatnya Banten mengembangkan hotel-hotel bisnis atau MICE hotel di Serang dan Cilegon serta Tangerang. Perkembangan bisnis hotel di Banten tercatat sangat tinggi dengan masuknya investasi yang menjanjikan dari nama-nama yang sudah terkenal, seperti Archipelago Hotels dengan Aston dan Favehotels. Lalu Accor yang muncul dengan Novotel, Mercure dan Ibis. Belum lagi Santika Group dengan Santika dan Amaris-nya. Tercatat hingga akhir 2015, hotel berbintang di Banten sudah berada di angka 100 properti.

Iconic Tower

Untuk kawasan bisnis saja, Banten sangat siap menghadapi persaingan global masa kini. Kawasan Tangerang tengah bersiap-siap memiliki kompleks berwawasan alami yang sangat luas di Karawaci bernama Millennium Village dan salah satunya membangun gedung bernama Iconic Tower setinggi 300 meter atau hampir 3 kali tinggi Monas. Selain itu akan dibangun pula hotel-hotel internasional berbintang lima.

Suatu saat kita akan melihat kota-kota ini berkembang tidak hanya karena memiliki hotel bisnis, namun bisa menjelma menjadi hotel resort di tengah kota, karena banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan di sekitar kota. *** (Wishnu HS / 2015)

Kamis, 12 Mei 2016

HADAPI MEA, IHGMA BANTEN SIAP TINGKATKAN KUALITAS SDM PERHOTELAN

HADAPI MEA, IHGMA BANTEN SIAP TINGKATKAN KUALITAS SDM PERHOTELAN


Dunia perhotelan di Indonesia semakin hari semakin meningkat, baik dalam jumlah wisatawan maupun dalam jumlah penyediaan kamar hotel. Banyak hotel berjaringan nasional bahkan internasional yang melakukan investasi di Indonesia.



Di Propinsi Banten, industri perhotelan kian semarak dengan hadirnya hotel-hotel baru dari Tangerang hingga kawasan Anyer. Ini seiringan dengan semakin meningkatnya tingkat kunjungan wisatawan ke propinsi Banten.  



Baru-baru ini asosiasi general manager hotel se Indonesia yang berpusat di Bali, atau disebut IHGMA (Indonesian Hotel General Manager Association) DPD Propinsi Banten telah resmi terbentuk pada bulan Maret 2016 dengan menempatkan Wishnu HS dari PT. Hotel Broadbiz Indonesia (HBI) terpilih sebagai ketuanya.



Wishnu yang sehari-hari bekerja sebagai Vice Director di PT. HBI yang berkantor di Karawaci, Tangerang mengatakan bahwa IHGMA DPD Propinsi Banten telah beranggotakan 30 General Manager dari seluruh Banten dan akan segera mengundang General Manager lain yang belum bergabung. Wishnu mencatat bahwa di Banten terdapat lebih dari 90 General Manager yang memimpin hotel berbintang 2 ke atas, sehingga semakin banyak mereka bergabung, maka semakin baik asosiasi ini mewujudkan visi dan misinya.




IHGMA, jelas Wishnu, didirikan sebagai moda komunikasi para pemimpin tertinggi hotel yang lebih efektif dan terencana untuk meningkatkan kualitas para sumber daya manusia yang bekerja di bidang perhotelan dan pariwisata agar lebih professional dan siap bersaing dengan SDM asing dalam menghadapi persaingan global.



Kelak IHGMA Banten akan melakukan konsolidasi dengan instansi terkait, seperti pemerintahan propinsi, kabupaten dan kota, serta pihak PHRI, BPPD, ASITA, PWI dan tentunya dukungan dari para media juga sangat dibutuhkan demi mensukseskan program yang sedang disusun. Selain daripada itu juga Wishnu mengharapkan peran serta dari dunia pendidikan, seperti akademi perhotelan dan sekolah menengah kejuruan pariwisata dapat bersatu bersama IHGMA dalam merumuskan program dan kurikulum yang lebih efektif dan tepat guna dalam mencetak bibit-bibit insan pariwisata dan perhotelan yang siap pakai di lapangan, dan IHGMA telah merintis kerjasama tersebut, terutama dengan Universitas Terbuka dan akademi lainnya.



“Jadi,”pungkas lelaki lulusan Enhaii Bandung ini, “kalau SDM local saja sudah siap memajukan dunia pariwisata dan perhotelan Indonesia, kenapa musti kita mencari SDM dari luar negeri. Cukup kita saja yang menjadi tuan rumah di tanah kita sendiri.” (TERAS)