Selasa, 17 Desember 2013

CANDI SIPAMUTUNG, PADANG LAWAS, SUMUT, Bukti Peradaban Abad XI

Candi Sipamutung di Desa Siparau Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Padanglawas merupakan bukti sejarah peradaban yang diperkirakan berdiri pada abad XI.
Menuju lokasi candi, jalan aspal  hanya sampai di Desa Binanga dan melewati jalan desa sepanjang  tiga km. Kemudian meniti  jembatan gantung yang berada di atas sungai Barumun. Komplek candi berjarak 250 meter dari pinggir aliran Sungai Barumun.

Sejumlah pendapat mengatakan, lokasi tersebut merupakan titik awal dari asal-usul manusia jaman dahulu memasuki wilayah Padanglawas dan sekitarnya, karena pada saat itu perjalanan hanya dapat dilalui melalui jalur laut dan sungai.

Pendapat itu menyatakan para leluhur memasuki Padanglawas  melalui Laut Labuhan Bilik (Labusel) kemudian berangsur menuju Sungai Barumun dan  menemukan Padanglawas sebagai tanah harapan.

Candi yang dikelilingi oleh rangkaian perbukitan rendah tersebut  terletak, di pinggir Sungai Barumun yang membelah dataran Padanglawas dan berjarak sekitar 40 Km dari ibukota Kabupaten Padanglawas, Sibuhuan.
 
Luas lahan percandian 6000 m2, dan luas bangunan 3480 m2. Kompleks Candi Sipamutung dikelilingi oleh tembok bata yang berfungsi sebagai pagar , di sisi timur terdapat gapura atau gerbang dengan ukuran 74 x 74 m. Di dalamnya terdapat sebuah Candi Induk dan enam buah Perwara serta 6 candi atau biaro kecil . Terdapat juga artefak-artefak dilokasi ini antara lain Bhairawa-Bhairawa menggunakan batuan tufa.



Bentuk dan ukurannya  terdiri dari sebuah biara induk menghadap ke timur dengan denah bujur sangkar berukuran 11 X 11 meter, tinggi 13 meter. terdiri dari bagian  kaki, badan, dan atap. Sedangkan di kedua sisinya terdapat 6 biaro yang lebih kecil, pada bagian bawahnya tersusun 16 buah stupa yang lebih kecil.  Lima buah Biaro dari bata dan sebuah dari batu andesit.

Biaro-biaro yang terbuat dari bata adalah Biaro perwara di sebelah timur candi induk berbentuk mandapa berdenah segi empat berukuran 10,25 X 9,9 meter, tinggi 1,15 meter. . 

Melihat keadaan lokasi dari luar komplek candi, kemungkinan adalah  bekas sebuah benteng yang juga tempat pemujaan, karena masih terdapat bekas dinding dari bahan tanah  dan paret pembatas mengelilingi komplek candi  diperkirakan seluas 100 hektar. Beberapa kalangan menyebut Kompleks Candi Sipamutung merupakan  satu-satunya candi yang didirikan Umat Budha dan paling megah di antara candi yang terdapat di Kabupaten  Padang Lawas dan Padang Lawas Utara yang umumnya milik umat Hindu


Read more: http://warnainfo.blogspot.com/2012/06/candi-sipamutung-padanglawas.html#ixzz2nkgiZTBg

CANDI MUARA TAKUS, Candi Tua di Muara Sungai

SEJARAH CANDI MUARA TAKUS

Di Daerah riau banyak terdapat peninggalan Sejarah dan Purbakala,salah satunya terdapat di Muara Takus Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten kampar.  Desa Muara Takus terkenal baik didalam negeri maupun di luar negeri khususnya di Asia karena adanya Gugusan Candi Muara Takus. Menurut pengembara china I-Tsing  Candi Muara Takus tidak terlepas dari Sriwijaya dan ia menyebutkan bahwa ibukota Sriwijaya berada disuatu tempat dimana pada tengah hari tidak terlihat bayangan seseorang yang berdiri.
Penampakan Candi Tua dan Candi Mahligai di Gugusan Candi Muara Takus

Candi Muara Takus ditemukan pada tahun 1860 oleh Cornet De Groot, hasil penemuannya dituangkan dalam sebuah tulisan yang berjudul "KOTO CANDI", tulisan tersebut dimuat dalam "Tijdschrift voor Indische Taal, Land en Volkenkunde".
Candi Tua, merupakan Candi terbesar di Gugusan candi Muara Takus
kemudian setelah ditemukannya Candi Muara Takus dan setelah literatur dari Cornet De Groot dipublikasikan banyak peneliti dari luar negeri yang melakukan penelitian mengenai Muara Takus diantaranya ada G DU RUY VAN BEST HOLLE, W.P. GRONEVELD, R.D.M VERBEEK dan E.TH. VAN DELDEN, J.W. YZERMAN, DR. F.M. SCHNITGER, BOSCH, BENET KEMPERS dan lain lain dan sebagian besar dari hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa sesunggugnya Sriwijaya berada di Muara Takus dan bukan berada di Sumatera Selatan.
Candi Mahligai




ASAL MUASAL NAMA MUARA TAKUS


Muara Takus berasal dari nama sebuah anak sungai yang bermuara ke Batang Kampar Kanan. Menurut Duta Besar Singapura yang pernah berkunjung ke Muara Takus pada tahun 1977 menyatakan bahwa Muara takus terdiri dari dua kata yaitu "Muara" dan "Takus", menurut pendapatnya "Muara" berarti tempat dimana sebuah sungai mengakhiri alirannya ke laut atau sungai yang lebih besar, sedangkan "Takus" berasal dari Bahasa China yang artinya : TA = besarKU = TuaSE = Candi. Jadi arti keseluruhannya  adalah Candi Tua yang besar yang terletak di Muara Sungai
Candi Bungsu




LETAK GUGUSAN CANDI MUARA TAKUS


Candi Muara Takus Candi adalah candi Budha yang terletak di Kecamatan XIII Koto kampar Kabupaten kampar Provinsi Riau. Muara Takus ini jaraknya lebih kurang 150kilometer  dari kota Pekanbaru
Candi Palangka
 
Gugusan Candi Muara Takus terletak di garis Khatulistiwa 0"21 Lintang Utara dan 100"39 Bujur Timur. Gugusan Candi ini dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari batu putih yang berukuran 74meter x 74 meter dan terletak di pinggir jalan Desa Muara takus dan Desa tanjung. Dalam kompleks ini terdapat bangunan Candi yaitu Candi 
Mahligai,Candi Palangka, Candi Bungsu,  Candi Tua, Tanggul Kuno, dan beberapa bangunan lainnya.

Candi Tua dan Candi Bungsu pada Gugusan candi Muara Takus.




SUMBER :
Penerus Ramli DT. RAJO DUO BALAI
- See more at: http://www.riaudailyphoto.com/2011/12/candi-muara-takus.html#sthash.du8ib4Gj.dpuf

SITUS PURBAKALA TAPURARANG, Keelokan Situs Tua di Papua Barat

MENGUNJUNGI Kokas, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, laksana mengunjungi sebuah kota tua. Di wilayah distrik ini terdapat situs kuno yang menyimpan keajaiban dengan misteri di dalamnya. Situs Purbakala Tapurarang tak hanya menarik, tapi juga mengundang orang untuk datang menjumput keelokannya.


Lukisan tebing yang merupakan situs kuno Kokas di Andamata, Distrik Kokas, Fak-Fak, Papua Barat. Lukisan ini merupakan peninggalan jaman prasejarah
Salah satu situs kuno yang terkenal di Kokas adalah lukisan di tebing bebatuan terjal. Oleh masyarakat setempat, tebing bebatuan terjal ini biasa disebut Tapurarang. Di Distrik Kokas kekayaan peninggalan sejak zaman prasejarah ini bisa dijumpai di Andamata, Fior, Forir, Darembang, dan Goras.

Lantas, apa keunikan lukisan berupa gambar telapak tangan manusia dan binatang di dinding tebing tersebut? Meski sudah berabad-abad lamanya, lukisan yang dibuat dengan pewarna dari bahan-bahan alami tersebut masih tetap terlihat jelas hingga saat ini. Warna merah pada lukisan tebing ini juga menyerupai warna darah manusia. Oleh karenanya masyarakat setempat juga sering menyebut lukisan tersebut sebagai lukisan cap tangan darah.
Bagi masyarakat setempat, lokasi lukisan tebing ini merupakan tempat yang disakralkan. Mereka percaya lukisan ini adalah wujud orang-orang yang dikutuk oleh arwah seorang nenek yang berubah menjadi setan kaborbor atau hantu yang diyakini sebagai penguasa lautan paling menakutkan. Nenek ini meninggal saat terjadi musibah yang menenggelamkan perahu yang ia tumpangi.

Dari seluruh penumpang di perahu itu, hanya nenek ini yang meninggal. Konon tak ada satu pun penumpang di atas perahu yang berusaha membantu sang nenek untuk menyelamatkan diri. Merasa sakit hati, arwah nenek yang telah berubah menjadi setan kaborbor mengutuk seluruh penumpang perahu yang berusaha menyelamatkan diri di atas tebing batu. Karena kutukan tersebut seluruh penumpang dan hasil-hasil laut yang dibawa seketika berubah menjadi lukisan tebing.

Di lokasi lukisan tebing ini Anda juga bisa menyaksikan kerangka-kerangka tulang manusia. Kerangka ini dipercaya merupakan kerangka leluhur atau nenek moyang masyarakat Kokas. Pada zaman dahulu masyarakat di sini memiliki kebiasaan meletakkan jasad leluhur yang meninggal di tebing batu, gua, tanjung ataupun di bawah pohon besar yang dianggap sakral.
Tulang tengkorak terdapat di tebing di Andamata, Distrik Kokas, Fak-Fak, Papua Barat. Tulang tengkorak manusia ini adalah sisa kebiasaan masyarakat setempat yang tidak menguburkan jazad leluhur melainkan meletakkannya di tebing batu, gua, tanjung ataupun di bawah pohon besar yang khusus atau dianggap sakral.

Tertarik menelusuri jejak prasejarah di Kokas? Dari terminal Fakfak Anda harus menempuh perjalanan darat menuju Kokas menggunakan angkutan luar kota. Jarak Fakfak-Kokas sejauh 50 kilometer akan ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam. Anda cukup merogoh kocek sebesar Rp 25.000 per orang, sekali jalan. Tiba di Kokas, perjalanan masih harus dilanjutkan menggunakan longboat dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Jika air sedang pasang, Anda bisa naik ke tebing dan menyaksikan lukisan ini dari dekat. Namun, jika air surut, keindahan lukisan tebing ini hanya bisa dinikmati dari atas longboat.

Sumber: http://indotimnet.wordpress.com/situs-purbakala-tapurarang/

SITUS BERSEJARAH PUGUNG RAHARJO

A. Selayang Pandang
Taman Purbakala Pugung Raharjo adalah salah satu situs bersejarah yang terletak di Desa Pugung Raharjo, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur. Taman purbakala ini diperkirakan merupakan peninggalan dari dua zaman, yaitu Zaman Megalitik (Batu Besar) dan Zaman Klasik. Zaman Megalitik ditandai dengan berbagai peninggalan yang terbuat dari batu. Sedangkan Zaman Klasikadalah masa di mana pengaruh agama Budha dan Hindu mulai masuk ke wilayah yang kini disebut Indonesia. Zaman ini diperkirakan berlangsung sekitar abad ke-5 hingga 15 Masehi.
Taman purbakala seluas 30 hektar ini dulunya masih merupakan kawasan hutan lebat yang tak terjamah oleh manusia selama ratusan tahun lamanya. Kawasan tersebut baru mulai dihuni sekitar tahun 1954 oleh para transmigran dari Pulau Jawa. Ketika sedang menebang hutan untuk lokasi permukiman, mereka menemukan gundukan tanah berbentuk persegi empat, susunan batu besar, dan batu arca yang diberi nama Putri Badhariah atau lebih dikenal dengan nama patung Budha.

Penemuan situs bersejarah tersebut kemudian dilaporkan ke Dinas Purbakala Jakarta. Setelah melakukan survei dan penelitian awal pada tahun 1968, para ahli benda bersejarah menyimpulkan bahwa Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan situs peninggalan Zaman Megalitik dan Klasik. Sejak ditemukan, Taman Purbakala Pugung Raharjo telah mengalami dua kali pemugaran, yaitu pada tahun 1977 dan 1984 dengan menyusun kembali situs bersejarah tersebut ke posisi semula. Sampai sekarang, situs purbakala ini menjadi aset budaya, sejarah, dan wahana pembelajaran, serta tempat rekreasi keluarga.
Berbagai media sejarah yang menjadi aset di tempat ini cukup membantu para putra-putri Anda untuk sekadar belajar tentang Lampung masa lampau. Rekreasi menjadi semakin menyenangkan karena lokasi situs ini berada di area pegunungan dengan hawa yang sejuk.


B. Keistimewaan
Taman Purbakala Pugung Raharjo terletak di daerah dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 80 meter di atas permukaan laut (dpl). Perjalanan menuju ke lokasi obyek wisata ini menjadi daya tarik tersendiri. Di sepanjang perjalanan, Anda akan disuguhkan pemandangan perkebunan karet yang sangat luas. Setiba di lokasi, Anda dapat menikmati suasana yang nyaman dan sejuk karena kawasan situs purbakala ini dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun. Selain itu, Anda juga dapat menikmati sejuknya air kolam peninggalan Zaman Megalitikum yang terletak di sebelah timur situs purbakala. Menurut cerita, air kolam tersebut dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan menjadi obat awet muda jika dipakai mandi.
Setelah berkeliling melewati jalan setapak sambil menikmati suasana sejuk, Anda dapat menyaksikan beragam jenis benda bersejarah yang berasal dari Zaman Megalitik dan Klasik. Benda-benda bersejarah dari Zaman Megalitik, di antaranya 2 buah benteng berupa gundukan tanah yang terletak di sebelah timur dan barat situs purbakala. Kedua benteng tersebut memiliki tinggi yang sama yaitu sekitar 2 - 3,5 meter, namun ukuran panjangnya berbeda. Benteng yang terletak di sebelah timur berukuran panjang 1.200 meter, sedangkan benteng yang di sebelah barat memiliki panjang sekitar 300 meter. Dulu, kedua benteng tersebut berfungsi sebagai pelindung dari serangan binatang buas dan musuh. Di bagian luar benteng terdapat parit sepanjang 1,2 kilometer yang mengelilingi situs purbakala.
Benda-benda bersejarah Zaman Megalitik lain yang dapat wisatawan saksikan, di antaranya punden berundak (bangunan batu bertingkat) yang terdiri dari 13 buah dan berfungsi sebagai tempat pemujaan; lumpang batu, yakni batu yang memiliki satu lubang; 4 buah batu bergores yang dulunya berfungsi sebagai tempat mengasah mata tombak atau kapak batu; sebuah kolam permandianMegalitik yang terletak di sebelah timur situs purbakala; 4 buah dolmen atau meja batu; 19 batu berlubang yang terbuat dari batu kali (andesit) yang berfungsi sebagai tempat melumatkan suatu benda yang cukup keras; dan sebuah batu mayat, yaitu batu yang menyerupai bungkusan mayat.
Selain benda-benda peninggalan Zaman Megalitikum, situs ini juga menyimpan aset berupa benda-benda peninggalan dari Zaman Klasik. Benda-benda tersebut, antara lain arca, prasasti, keramik lokal maupun asing yang merupakan peninggalan Dinasti Han, Yuan, Sung, dan Ming. Anda juga dapat menyaksikan sebuah arca tipe Polynesia di museum yang terletak di sekitar kompleks situs purbakala.

C. Lokasi
Taman Purbakala Pugung Raharjo berada di Desa Pugung Raharjo, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.
D. Akses
Taman Purbakala Pugung Raharjo terletak sekitar 52 kilometer di sebelah timur Kota Bandar Lampung. Jika berangkat dari Kota Sukadana, ibukota Kabupaten Lampung Timur, Anda dapat menggunakan angkutan umum jurusan Sribawono dan turun di perempatan Pugung Raharjo. Jika berangkat dari Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, Anda dapat mengambil bus jurusan Panjang dan berhenti di PJR Panjang. Setelah itu, Anda mengambil bus jurusan Sribawono dan turun di Perempatan Pugung Raharjo. Di perempatan tersebut, Anda mengambil angkutan jurusan Pasar Pugung Raharjo lalu melanjutkan perjalanan dengan menumpang angkutan umum jurusan Taman Purbakala Pugung Raharjo.
E. Tiket Masuk
Hingga saat ini, data resmi dari pemerintah tentang harga tiket masuk ke Taman Purbakala Pugung Raharjo belum diketahui.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Taman Purbakala Pugung Raharjo dilengkapi berbagai fasilitas penunjang, seperti toilet, tempat parkir, dan museum yang terletak di sekitar situs purbakala. Situs ini berisi prasasti-prasasti peninggalan nenek moyang. (Samsuni/iw/41/02-2012)

Dari berbagai sumber
Sumber foto:
·          http://www.jalanjalanyuk.com/taman-purbakala-pugung-raharjo-di-lampung/
·          http://berita-lampung.blogspot.com/2010/10/rahasia-situs-taman-purbakala-pugung.html
·          http://www.kaskus.us/showthread.php?t=7672824